Tugas Akhir/Skripsi Sastra
Indonesia
Disusun oleh: Rokayah
Universitas Airlangga
Program Studi Sastra
Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Intisari:
Masyarakat pesantren merupakan komunitas yang menarik
untuk diteliti. Kesantunan berbahasa dalam interaksi santri dan Kiai memiliki
suatu kekhasan yang berbeda di setiap pondok pesantren, terutama pesantren
tradisional. Oleh karena itu, penelitian tentang “Kesantunan Berbahasa dalam
Interaksi Antara Santri dan Kiai Pondok Pesantren Islam At-Tauhid menarik untuk
diteliti. Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan dibahas adalah
bagaimanakah wujud kesantunan berbahasa dalam interaksi antara santri dan Kiai
pondok pesantren Islam At-Tauhid Surabaya dan faktor-faktor apakah yang
memengaruhi kesantunan berbahasa dalam interaksi antara santri dan Kiai pondok
pesantren Islam At-Tauhid surabaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran wujud kesantunan berbahasa dalam interaksi antara santri
dan Kiai pondok pesantren Islam At-Tauhid Surabaya dan faktor-faktor apakah
yang memengaruhi kesantunan berbahasa dalam interaksi antara santri dan kiai
pondok pesantren Islam At-Tauhid surabaya.
Melalui pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif ditemukan
bahwa pesantren khususnya pesantren tradisional merupakan komunitas yang unik.
Penerapan norma-norma pesantren maupun budaya Jawa masih terlihat kuat. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode simak dan
metode cakap. Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
metode pragmatis. Kemudian hasil data yang dianalisis tersebut disajikan secara
informal yaitu dalam bentuk kata-kata biasa. Dari kajian teoretik diketahui
bahwa latar belakang sosial dan status Kiai sebagai power of reating ‘
peringkat kekuasaan’ memiliki pengaruh terhadap kesantunan berbahasa santri
kepada Kiai. Dari faktor-faktor itulah dapat menghasilkan suatu wujud
kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa dalam interaksi antara santri dan
Kiai pondok pesantren Islam At-Tauhid ditemukan dua jenis kesantunan yaitu
kesantunan verbal dan nonverbal. Pemakaian tuturan bermakna pragmatik imperatif
hampir bisa dipastikan tidak ada dalam tuturan santri terhadap Kiai. Hal ini
dipengaruhi oleh konteks sosial, konteks situasi serta perpaduan budaya
pesantren dan Jawa. Selain itu, dari penelitian ini ditemukan bahwa tuturan
yang lebih panjang tidak selalu dinilai lebih santun. Justru dalam komunikasi
santri terhadap Kiai, tuturan yang pendek, singkat, dan tidak banyak bicara
dinilai lebih santun.
No comments:
Post a Comment