Tugas
Akhir/Skripsi Sastra Indonesia
Disusun oleh: Eko
Darmoko
Universitas
Airlangga
Program Studi
Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu
Budaya
Intisari:
Penelitian ini
memanfaatkan pendekatan poskolonial untuk mengungkap bentuk-bentuk hibriditas
yang dialami tokoh Pangemanann sehingga ia mengalami ambivalensi. Penelitian
diawali dengan mengidentifikasi ruang fisik dan ruang sosial yang termuat dalam
novel Rumah Kaca. Penelitian ini dilanjutkan dengan mengungkap bentuk-bentuk
mimikri sehingga Pangemanan menjadi mimic man. Setelah itu barulah ditemukan
ambivalensi yang terjadi pada tokoh Pangemanann.
Penelitian ini
menemukan bahwa ambivalensi yang dialami Pangemanann bermula dari pengaruh pendidikan
dan pergaulannya dengan orang-orang Eropa totok maupun Indo. Pendidikan tinggi
yang diperoleh Pangemanann di negeri Prancis, ditambah faktor pernikahannya
dengan perempuan Prancis, membuat Pangemanann mempunyai cara pandang
berstandartkan Eropa (barat). Dari sinilah ia mengalami ambivalensi yang akan mengantarkannya
kepada keterasingan dan keterpecahan identitas.
Pangemanann yang
berdarah pribumi tidak ingin mengingkari jati dirinya sebagai seorang pribumi.
Namun, pendidikan ala barat yang diterimanya membuatnya berpikiran bahwa segala
sesuatu yang berasal dari timur (pribumi) adalah sebuah keterbelakangan. Dalam
benak Pengemanann sudah terpatri sebuah pemahaman bahwa segala sesuatu yang ia
dapatkan dari pendidikan barat, baginya adalah sesuatu yang besar yang akan
mengantarkannya ke kehidupan yang modern. Akan tetapi, di balik semua itu, ia memahami
bahwa segala sesuatu yang diterimanya dari barat tidaklah sebagus yang ia pikirkan.
Baginya, baratlah yang telah membuat sengsara timur (pribumi) dan hal inilah yang
membuatnya bersifat ambivalen dalam memandang Eropa dan Pribumi. Pribumi, baginya,
adalah musuh sekaligus guru, seperti perilakunya dalam menilai Minke. Minke adalah
musuh yang harus ia singkirkan, tapi ia juga kagum terhadap Minke dan mengakui
Minke sebagai guru ideologisnya.
Penelitian
tentang ambivalensi yang dialami Pangemanann ini secara tidak langsung
memberikan manfaat bagi pembaca sebagai alternatif lain dalam membaca sekaligus
memeta-ulangkan sejarah yang selama ini bersifat kabur. Karena pada dasarnya
novel-novel yang bersarikan sejarah (pasti) memiliki korelasi yang kuat dengan
fakta sejarah. Pramoedya dengan ketelitiannya, melalui penelitian
bertahun-tahun mengenai periode kebangkitan nasional, yang ia tulis dalam
Tetralogi-Buru sanggup memberikan wacana kesejarahan menurut versinya sendiri.
No comments:
Post a Comment