Tugas Akhir/Skripsi Sastra
Indonesia
Disusun oleh: Dyah
A. N. Agustien
Universitas Airlangga
Program Studi Sastra
Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Intisari:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena
kebahasaan verbal pada anak-anak down syndrome, dengan tingkat intelegensi yang
rendah mereka memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam berbicara dan
berbahasa. Penelitian ini menggunakan analisis stimulus – respons –
reinforcement milik Skinner yang dikenal dengan Teori Pembiasaan Operan (sering
disebut juga pembiasaan instrumental). Analisis fonologis ini berfokus pada
tataran unit kata yang diujarkan oleh anak-anak down syndrome berdasarkan
stimulus yang diberikan, yakni kartu gambar (bentuk dan warna). Adapun objek
pada penelitian ini adalah seluruh murid dengan down syndrome yang ada di kelas
khusus pada SDN Klampis Ngasem I Surabaya. Data yang telah diperoleh kemudian
ditranskripsikan ke dalam transkripsi fonetis agar dapat mengetahui tingkat
kemampuan dalam berbicara. Pada masalah kemampuan berbicara yang dialami oleh
anak down syndrome, diperlukan adanya terapi bicara untuk melatih dan
meningkatkan mutu berbicara mereka, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Kemampuan berbicara dapat dilihat dengan kemampuannya mengucapkan fonem dalam
bentuk kata. Aspek-aspek yang menentukan mampu tidaknya anak-anak down syndrome
mengucapkan kata, yaitu pengenalan gambar atau benda, pengenalan kata-kata,
posisi fonem dalam kata, kelenturan alat artikulasi, dan kemauan anak tersebut
untuk mengucapkan kata-kata. Hasil dari penelitian ini adalah data berupa
kata-kata yang mereka ucapkan berdasarkan stimulus yang telah diberikan, yakni
berupa kartu gambar. Dari data ujaran kata-kata tersebut, kemudian
ditranskripsikan ke dalam transkripsi fonetis yang kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil transkripsi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa anak-anak down syndrome belum mampu mengucapkan fonem konsonan ketika
fonem tersebut berada pada posisi awal kata. Pada fonem yang dengan gerakan
artikulasi yang rumit (fonem /r/, /v/, dan /z/) juga belum dapat mereka ujarkan
dan ketika mengucapkan kata dengan gugus konsonan /pr/, /ps/, /pt/, /kh/, dan
/sy/ mereka juga mengalami kesulitan.